Sabtu, 17 Agustus 2013

MENEMUKAN MAKNA PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAAN


(Oleh : Mustafa Kamal Nasution,S.Pd.I.)

Pendahuluan

Berjuang adalah sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, keinginan untuk meraih dan mendapatkan sesuatu adalah dasar untuk melakukan perjuangan dan pengorbanan. Hal yang sungguh sangat jauh dari cernaan akal sehat manusia ketika bermimpi namun tidak melakukan upaya agar mimpi itu menjadi nyata. 

Dalam kamus bahasa indonesia kita dapati kata berjuang memiliki arti memperebutkan sesuatu dengan tenaga dan fikiran , berperang untuk merebut kemenangan serta berjerih payah dalam mencari keuntungan. Sementara kemerdekaan berasal dari kata merdeka yang memiliki arti : bebas dari jajahan orang lain.

Dalam konteks perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia berjuang adalah upaya untuk untuk membebaskan diri dari cengkraman kezaliman kesewenang-wenangan dan penindasan penjajahan bangsa lain atas bangsa indonesia. Jarahan hasil bumi, ekspoitasi manusia dalam bentuk kerja paksa (rodi), tuntutan upeti atau pajak dari rakyat yang diluar kemampuan, monopoli perdaganagan. Adalah contoh mengapa leluhur bangsa ini berjuang. Berjuang dari sebuah kesadaran bahwa ada hak dalam hidup ini yang diambil paksa oleh orang lain, demi meraih kembahi hak itu tidak ada pilihan kecuali berjuang mati-matian.

Perjuangan itu tidak mudah tantangan yang mereka lalui cukup panjang, 3.5 abad bukan waktu yang singkat, berapa generasi sudah terlahir dalam belenggu penjajahan. Perlawanan demi perlawanan muncul didaerah masing-masing dinusantara. Namun baru setelah ada kesadaran bahwa tidak banyak yang bisa diperbuat kalau seluruh elemen bangsa tidk bersatu, munculnya pemuda dari berbagai daerah yang menyatakan diri dalam sumpahnya untuk satu kata INDONESIA MERDEKA

Asas penciptaan Manusia adalah Merdeka 

Fitrah asas penciptaan manusia adalah bebas untuk berbuat dan bertindak dalam tararan kebenaran. Dari penciptaan manusia bisa dilihat bahwa ketika lahir kedunia manusia terdiri dari dua unsur yang saling mengikat, tidak bisa dipisahkan .

Unsur itu adalah jasmani dan unsur rohani, dimensi pisik dan psikis. Tubuh ingin tumbuh dan berkembang terus dia butuh makan, minum dia butuh perlindungan dari lapar cuaca dingin panas dia ingin berkembang biak. Ini adalah fitrah fisiknya. Ketika fisik manusia tidak mendapatkan haknya untuk menjalani proses alamiahnya berarti ada sistem yang sedang tidak baik, dan ketika keterlibatan orang lain untuk mencoba melakukan penghambatan berarti dia telah melakukan penjajahan dan penindasan. Tentunya sang pencipta tidak ingin satupun dari ciptaan diciptakan diperlaakukan dalam tirani kesewenang-wenangan.

Demikian juga fsikis mentaal dan rohani, dia terbentuk dari wujud immateri, dia butuh ilmu untuk bisa berkembang dalam keberadaban untuk melahirkan sebuah peradaban, membutuhkan rasa aman jauh dari kekhawatiran, mewujudkan keinginan untuk bahagia dalam senyum. Bahkan dia ingin damai dekat dengan tuhannya dalam peribadatannya. Cendrung pada kebenaran, bebas dalam bersosialisasi dengan lainnya dalam keadilan, itu adalah bahagian dari fitrah rohani bawaan manusia sebagai awal penciptaannya dimana sang pencipta telah memberi gelar khalifah, pemimpin pengelola kebenaran dimuka bumi. 

Keadaan yang fitrah itu seharusnya tidak harus pada awal penciptaan saja, namun secara aflikatif harus diterjemahkan dalam kehidupan nyata, ketika tubuh ini merasa sakit dipukul dan dicubit, tentu makhluk lain juga pasti akan merasakan hal yang sama ketika diperlakukan sedemikian rupa. Ketika kita marasa tidak nyaman di beritakan sesuatu yang tidak sebenarnya kita lakukan, orang lain juga pasti akan merasakan hal senada jika kita melakukan fitnah seperti itu. 

Ketika kita menyalahi dan mengabaikan pertimbangan ini, seperti seseorang yang menyebabkan fisik orang lain disiksa, haknya dirampas, menebar aroma permusuhan yang membuat manusia tidak aman, menghalangi manusi dari menuntut ilmu, beribadah, bermuamalah dengan sesama manusia, berarti dia telah melakukan penindasan dan penjajahan dan itu adalah kezaliman dan kemunkaran. Pasti siapapun orangnya yang dalam keadaan tertindas itu tidak akan menerima dan dia tidak menemukan dan mendapaatkan kemerdekaannya.

Dua unsur jasmani dan rohani adalah anugerah Allah SWT dan harus disyukuri dalam bentuk terima kasih. Terima kasih itu adalah bahasa lisan dari wujud dari etika menerima adalah menghormati yang pemberi. Ketika terjadi penguasan terhadap satu diri oleh diri yang lain, itu artinya kekufuran itu sama halnya merongrong hak Tuhan berarti ia telah mencoba memposisikan dirinya pada posisi yang menguasai dan itulah penjajahan. Sementara Tuhan sendiri setelah dia memberi fasilitas (ruh,indra/hati) justru ia membebaskan manusia untuk memilih jalannya (merdeka). Namun dalam menjaga keadilanNYA, ia tetap memberi rambu mana yang benar dan salah serta ganjaran atas perbuatannya diterangkan dalam kitab sucinya. Dan sekali-kali memberi bukti kepada yang keterlaluan seperti azab untuk pelajaran bagi hamba-hamba sesudahnya.

Memaknai HUT RI sebagai momentum kebangkitan dan perbaikan

Refleksi kemerdekaan saat ini harus dipandang luas, kemerdekaan dari belenggu penjajah yang kita dapat 17 agustus 1945 adalah anugerah dari Sang Maha pemberi Nikmat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa. Dulu kita diinfasi habis-habisan lewat agresi bangsa asing, hasil bumi yang dikeruk rakyat yang dipekerjakan tidak selayaknya manusia. Penjajah yang tidak memiliki nurani kemanusia memandang nenek moyang kita adalah budak sekehendak hatinya apa yang akan diperlakukan pada mereka kerja paksa tanam paksa, upeti yang luar batas kemampuan. 

Berkat Doa, perjuangan kebersamaan strategi dan kebijakan yang tepat akhirnya yang dicita-citapun berhasil dan bangsa ini pun merdeka. Kata MERDEKA itu di tebus dengan darah, air mata, harta keluarga dan nyawa mereka. Dia itu adalah kakek buyut kita darah mereka juga mengalir ditubuh kita ini. Dan tentunya tidak dengan mudah kita melupakan perjungan itu.

Kata “MERDEKA” adalah salam pertemuan dan perjuangan, setiap mereka bertemu pasti mengucap merdeka demikian pula saat akan berpisah. MERDEKA yang senantiasa mereka katakan akan merasuk kerelung hati dan fikiran sehingga yang terbentuk dalam setiap derap langkah mereka adalah merdeka. Yang akhirnya melahirkan ide-ide baru, keterjagaan semangat, simbol kesatuan visi dan tekad. Disamping itu kata mulia itu juga adalah panjatan DOA dalam kepalan tangan teracung. Itu artinya bahwa yang punya hak untuk memberi itu adalah sang maha tinggi dan kita pun harus memposisikan semangat dengan tinggi.  Satu kata namun energi mempengaruhi mental senusantara.

Satu bukti menunjukkan tidak ada hal mustahil ketika anak bangsa ini bersatu dengan visi misi yang sama doa yang sama serta semangat dan langkah yang sama melahirkan sebuah kemerdekaan. Dan ending dari perjuangan pahit itu membuahkan kemerdekaan walaupun diantara mereka tidak sempat menikmati kemerdekaan itu sendiri.

Mungkin dari sisi pisik mereka terjajah dan terpenjara namun fikiran mereka tidak pernah terpenjara, semangat merekapun tidak pula terkungkung, dikondisi itu mereka mampu memberi anak cucunya hadiah terbesar dari karya tangan, doa dan kekompakan mereka  sebuah kebebasan dari kezaliman.

Mungkinkah kita generasi hari ini kehilangan kata pemersatu layaknya sumpah gajah mada, sumpah pemuda serta PASWORD merdeka dalam mengisi hari paska 17 agustus itu? Haruskan kita mencarai kata baru sebagai yel-yel inspirasi,? Ataukah cukup dengan memadakan kata dan simbolik dasar negara ini yang sudah kita kenal dari dulu seperti Bhineka tunggal ika dan lainnya?
Disepanjang jalan kabupaten dan kota yang kita lihat ada tugu juang, relips perjuangan patung patriotisme simbol perlawanan akan ketidak adilan dan ketidak benaran. Harusnya setiap saat api perjuangan mereka itu tetap menyala.

Kalau darah kita juga adalah darah pejuang tentu kita tidak akan pernan berhanti menyuarakan api perjuangan. Kobaran semangat tentunya akan terwaris pula didada kita. Patri nilai kebajikan tentu akan terus hidup di mata hati kita. Kalau dulu mereka berjuang dengan debaran jantung nasionalisme, memanggul senjata yang tidak berimbang, hutan belantara, perbukitan menjadi istananya, diantara dentuman peluru, ditengah politik adu domba yang dilancarkan penjajah. mereka tetap mampu berdiri tegar dalam pandangan baik dan semangat yang tetap terjaga. 

Kini sampai giliran bagi sebagai pelanjut, yang menjadi sebuah tanya besar apakah nilai-nilai yang telah mereka pertontonkan hanya akan ada dan tertulis dibuku sejarah dan pelajaran saja. Dan apakah tidak akan kita coba untuk merefreshnya kembali sebagai bentuk auto kareksi sebuah pengabdian dalam menterjemahkan makna hidup? Apakah kita tidak ingin menjadi pahlawan yang akan tetap hidup dihati umat atau lebih luas dan bermakna. Dan persembahan hidup terbaik kita dimata sang Pencipta?

Ranah perjuangan itu masih cukup luas, dan peran itu masih bisa kita mainkan disetiap individi kita masing-masing, tidak ada lagi baku hantam, dentuman peluru, kalau dulu serangan itu nyata dan terang. Kini kita harus siap di berbagai serangan laten.terselubung, sistemik dan terencana.
Penjahan moral, penjajahan ekonomi, tirani kekuasan, pendidikan, gesekan suku, agama. Perdagangan manusia serta banyak lainnya. Tentu Kita harus mampu mengawalnya dengan semangat dan pengabdian.

Generasi harus selamat dari bahaya kerusakan moral, sebaran narkotika yang kadang sulit terbendung merebak dikalangan anak-anak kita bahkan sampai kedaerah terpencil. 

Tontonan yang kurang layak yang mereka konsumsi dapat membentuk mental sex yang salah. Etika berbahasa serta kepekaan yang tidak tertempa menjadikan pibadi yang angkuh (indivisualisme) pameran kemewahan hura-hura dan poya poya( hedonisme) yang kadang dipaksakan oleh anak, adik saudara kita lainnya demi mengikuti trend dan mode. Mungkin ini adalah bahagian dampak globalisasi.

Kita masih melihat tokoh-tokoh muda kita saat ini sudah mulai peduli arti pendidikan dan pendidikan berkarkter, mencoba meninjeksi adik-adiknya dengan suplemen pengetahuan memberi doktrinasi dan penyadaran bahwa sampai kapan kita mempertahankan kota kita sebagai petro dollar. Dan ingin merobah mindset itu menjadi terpelajar kritis (positif) dan peka dengan permasalahan kekinian di kota ini. Dari budaya sekedar pamer gadget yang canggih diarahkan kebuadaya menulis yang kreatif. Itu yang mungkin digagas teman-teman Labuhanbatu membaca yang bisa saya cermati, Dari budaya rocker jalanan tanpa arah kepementasan seni berkarakter penuh pesan moral. Budaya bercerita (mendongeng) yang kembali digiatkan oleh kampung dongeng Serta komunitas-komunitas lainnya. (konteks kedaerahan)

Dan ada juga tokoh-tokoh muda yang lagi berjuang dikampung-kampung orang yang suatu saat berniat kembali pulang membawa angin perobahan pola dan cara pandang tentang perjuangan dalam mengisi kemerdekaan. Menabur benih cinta lewat kesederhanaan bersikap namun dalam kebesaran hati untuk mewujudkan kota yang maju dan religi.

Kita akan terus berharap orang-orang bijak seperti ini dapat ketemu dan berkumpul dalam kesamaan TEMA untuk berbuat demi mewujudkan masyarakat kita yang madani. 

Kita harus tampil gagah, berfikiran positif. Kita harus siap dengan kesadaran dalam bertuhan, kita harus siap menambah pengetahuan diskusi dan berbagi rasa agar spirit itu tetap menyala. Semangat dan strategi serta doa kita bersama adalah langkah ideal yang bisa kita lakukan.

Mungkin seremonial tidak hasrus kita tinggalkan, namun kandungan nilai dari detik-detik kemerdekaan itu harus menjadi esensi perjuangan. Kita butuh ahli untuk menterjemahkan itu. Layaknya kita butuh transleter untuk menerjemah beberapa buku asing. Demikian juga nilai detik-detik kemerdekaan harus diterjemahkan agar generasi yang hidup sesudahnya ini mampu merasakan dan memahami sehingga muncul semangat untuk berkarya.

Kita yakin anak-anak bangsa ini banyak yang telah berbuat dari sisi keberdayaan masing-masing, dan tentu dengan terjemahan makna kemerdekan yang baik dan meluas akan lebih banyak lagi yang terpanggil dan berbuat. 

Tulisan sederhana yang jauh dari kesempurnaan ini hanya sebentuk kontemplasi di momen ulang tahun bangsa yang amat kita cintai ini, karena bagaimanapun tidak terbersit untuk pindah kebangsaan. Dan tidak ada jalan lain harus hidup ditengah bangsa ini. Walaupun tak banyak yang bisa diperbuat hanya sekeder merenung dan berdoa, semoga jalan da peluang untuk berkarya diberi Tuhan jalannya.

Kesimpulan.

Sebagai anak bangsa sekecil apapun peran yang bisa kita lakukan pasti amat berjasa dalam mengisi dan membantu pertumbuhan pembangunan masyarakan diera kemerdekaan ini. Ketika kita tidak mampu menjadi manusia yang baik dan serba bisa TAPI kita pasti bisa untuk tidak menjadi orang yang jahat.

Menghindarkan diri untuk mencari-cari kesalahan siapun, atas ketidak benaran yang terjadi saat ini namun lebih pada mencari solusi bersama untuk melahirkan kekuatan dan formula baru demi sebuah perbaikan. Komunikasi yang santun dan tepat jauh lebih bereaksi jitu dibanding harus radikal apalagi amoral. Sesuatu yang baik caranya juga memang harus dengan yang terbaik. Kita harus bahu membahu saling menguatkan sesuatu yang sudah baik. Niat dan strategi para pejuang itu cukup baik dan hasilnya pun baik dan memuaskan.Perjuangan yang dilalukan pendahulu kita layak kita pahami demi menjalani kehidupan kearah yang baik

Sebagai orang tua selayaknya pantas menjadi telada karena ayah-ayah kita terdahulu telah menjadikan diri mereka sebagai teladan bagi kita

Yang memiliki ilmu saatnya kembangkan ilmu untuk memberi bukti kepada dunia indonesia punya segudang inovator, paling tidak inovator akhlak yang baik ditengah congkaknya peradaban negera sekuler.

Yang kaya saatnya tidak hanya mementingkan diri ditengah kerumuan warga kumuh dan tak mampu, bercitalah bagaimana finansial yang kita miliki bisa memberi senyum ditenagh rintihan bathin tetangga yang kurang mampu.

Harapan terakhir bagi pemegang tampuk kekuasaan bercerminlah pada the founding father bangsa ini, demi kepentingan bangsa dia korbankan keinginan pribadinya. Kiranya semua kebijakan berpihak pada rakyat, sudah saatnya lahir pimpinan yang rendah hati dekat dengan rakyat, tidak mencari kemuliaan dimata manusia tapi lebih pada mencarai kemuliaan di mata Allah SWT dan balasan bagi pemimpin yang adil dan baik itu adalah syurga. 

Tempaan bulan Ramadhan sudah dilalui kaum muslimin ditambah lagi HUT RI dibulan syawal ini sangat syarat pesan dan makna, ramadhan mendidik manusia untuk tahu bahwa penjajah yang sesungguhnya pada diri manusia itu adalah hawa nafsu yang tak terkendali sehingga ia serakah, rakus sombong, tidak memiliki kepedulian dengan sesama, memperturutkan nafsu sehingga membuatnya menjadi penipu, pembohong, pembunuh, pezina, dan lainnya. Selama sebulan kendali yang salah itu ditekan dan diarahkan sehingga ada kesadaran bahwa hidup ini harus lurus dan yang lurus, benar, dan baik itu adalah fitrah. moga tertemukanlah makna itu bagi perbaikan masyarakan kita kedepan amin ya Robbal alamin.
(ka Yayasan Banil Authon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar