(SYAWALUDDIN NASUTION,S.Hi /
PEGAWAI PENGADILAN AGAMA KABANJAHE SUMUT)
Syawaluddin Nst S.Hi |
Insya allah
yang akan kami tuliskan berikut ini adalah bahagian tausyiah agama sebagai upaya
pencerahan bathin kaluarga besar dari ayahanda kami (Irfan Nasutian dan ibunda
kami Syarifah Hsb) di sebuah arisan idul fitri 1434 H. Tausyiah tersebut disampaikan
oleh adinda kami Syawaluddin Nasuton S.Hi, moga ilmu dan kajian yang diberikan
memperkaya ilmu dan amal kita serta memperkokoh ikatan bathin keluarga kita
amin.
Cukup luas
yang beliau sajikan namun kami hanya mampu merangkum garis besar atau pokok
pemaparannya, berikut tausyiah beliau :
“Sesungguhnya orang-orang
beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
(Al-Hujurat: 10)
Alhamdulillah dalam susasana
lebaran 1434 H ini keluarga ayahanda dapat berkumpul bersama, melepas
kerinduan, dua saudaranya ijin Allah SWT dapat hadir, unden (sapaan akran buat
adik perempuan ayah) yang jarang ketemu dimoment keluarga hari ini dapat
berkumpul bersama dengan kita. Bapanda kami dari perlabian juga hadir. Semoga
Allah menyayangi kita dan melimpahkan karunianya buat keluarga besar kita ini.
Yang juga kami hormati dan sayangi abang
kakak serta adik-adik seluruh keponakan-keponakan yang kami sayangi dan cintai.
Allah dalam Alqur’an berfirman
dalam QS “ Innamal mu’minuuna ikhwatun Faashlihu baina akhowaikum wattaqullaha
la’allakum turhamun” yang artinya : “Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)
Kata ikhwah (persaudaraan) dalam ayat
tersebut memiliki makna yang cukup luas, kita mengenal persaudaraan karena
nasab atau keturunan, persaudaraan karena hubungan perkawinan dan persaudaraan
karena ikatan akidah dan keimanan. Nah kata ikhwah (saudara) dalam ayat
tersebut ini di idhofahkan disandarkan dengan kata mukmin (orang mukmin) berarti
persaudara yang dimaksud ayat ini adalah persaudaraan yang mengikat hubungan
keimanan diantara kaum muslimin
.
Kedekatan saudara sesama muslim
itu bahkan lebih dekat dari saudara sekandung, coba kita lihat dalam pelajaran
mawarits (ilmu waris) contoh seorang yang meninggal adalah muslim dan diantara ahli
warisnya tak satupun yang seakidah dengannya atau non muslim, maka keluarga yang
ditinggalkan sama sekali tidak mendapakan warisan dari orang muslim yang
meninggal tersebut. Dan hartanya akan diserahkan kepada amil (tentunya adalah
saudara semuslim).
Nah, Dalam pertemuan kita ini
kita tidak hanya diikat oleh agama karena kita saudara seiman, tapi kita lebih
dekat lagi sedarah sekandung, juga karena hubungan pernikahan. Seharusnya
persaudaraan kita ini bisa lebih kita bangun demi mendekatkan kita sebagai
saudara juga saling membangun akidah dan ibadah kita. Saling mengingatkan
memperbaharui keimanan dan saling menasehati dalam ketaqwaan, karena hubungan nasab itu ibarat air karena bagaimanapun cincangnya akan tetap menyatu.
Harapannya keluarga kita kedepan
semakin baik kualitas kekeluargaan serta keimanannya, doa kita semua kiranya
kita mendapat rahmat seperti ujung dari pada ayat tersebut “la’allakum turhamun”.
Etika yang kita bangun sebagai
saudara yang ingin mendapat rahmat dari Allah dilanjutan ayat berkutnya (QS
alhujarat : 12-13) dapat kita simak, kita sebagai seorang mukmin agar
menghindarkan diri dari :
1. Perilaku
saling olok mengolok satu dengan yang lain. Karena perilaku itu justru menjadi
bibit permusuhan dan akan saling menjauhkan. Karena boleh jadi mereka yang diolok-olok
itu mulia disisi Allah dan si pengolok itu hina disisi Allah.
Saudara itu ibarat konstruksi
tubuh yang diciptakan Allah, sakit satu bahagian seluruh tubuh turut merasakan.
Tidak ada ruang untuk merendahkan apalagi mengolok berarti sebuah anggapan diri
kita lebih baikdarinya. Dan itulah sifat iblis ketika Allah menyuruh sujud pada
adam justru enggan karena ia merasa lebih baik dari adam dan mengabaikan
perintah tuhannya
- Memanggil dengan gelar yang buruk, memberi panggilan/gelar yang sangat dibenci oleh saudara kita.
- Tidak berburuk sangka kepada saudaranya. menduga-duga sesuatu yang belum pasti kebenarannya manjadi peluang iblis untuk semakin menyesatkan prasangka kita sehingga Allah mengingatkan kita bahwa buruk sangka itu adalah dosa yang harus dihindari
- Mencari-cari kesalahan orang.
- Menggunjing
Dipenghujung ayat 13 Allah
menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal
mengenal.
Kemudian
pada akhirnya Allah menutupnya : Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
terlebih lagi kita baru saja selesai malakukan
penempaan diri, pendewasaan nafsu dan kesadaran ilahiyah kita serta kesadaran kita
sebagai hamba yakni bulan RAMADHAN yang mulia.
Hendaknya kita tidak
menjadikannya hanya sebagai mukaddimah saja, ketika dia berakhir, berlalu
begitu saja tanpa pesan, hanya menjadikannya sebagai kesadaran musiman ibadah
sesaat, saat dia datang alqur’an kita baca dan ketika ramadhan berlalu,
alqur’an kita kembali berdebu tak pernah tersentuh. Demikian sajadah kita
turunkan dari lipatannya selesai ramadhan dia kembali naik kesinggasananya,
rapi dan berlipat licin kembali. Artinya hanya sesaat. Hendaknya kita tetap menjadikan
hari-hari kita penuh semangat layaknya ramadhan dimana kita penuh penjagaan dan
kewaspadaan didalamnya.
Kita takut ibadah-ibadah kita
rusak kita dan kitapun berupaya menjaga keutuhan nilai dan pahalanya. Sehingga pandangan
matapun kita tundukkan, kesewenangan nafsupun kita kendalikan. Kita berpayah-payah
satu bulanan, semua demi kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita takut dengan apa yang
pernah diwanti-wanti Rasulullah dalam haditsnya “berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya kecuali lapar dan haus”
Dan begitulah hendaknya ketika
usai ramadhan kita penuh penjagaan dan mawas diri khawatir terjebak kembali
kekubangan yang menyangsarakan bathiniyah kita dan mengkerdilkan keimanan kita
ditengah kepongahan dan keserakahan hawa nafsu kita. Semoga kita semua
benar-benar kembali firi.
Nah kesempatan hadirnya ramadhan
adalah bengkel resmi yang memperbaiki kualitas katakwaan kita kepada Allah dan
akan terlihat hasilnya selepas bulan yang mulia ini.
Arisan
ini terbentuk sebagai wadah untuk menjalin kedekatan emosional seluruh keluarga
yang sangat memang membutuhkan waktu khusus untuk dapat bertemu karena jarak
yang jauh, kesibukan yang padat serta kesemuanya hanya berharap pertolongan dan
kasih sayang Allah.
Semoga keluarga kita mendapat rahmat dan kasih sayang Allah
swt. Amin ya robbal ‘alamin
Turut memberi
nasehat ayahanda kami Syamsul Bahri
Nasution, S.Pd.I yang dalam nasehatnya mengharapkan jalinan kasih sayang
diantara adik kakak sepupu harus dibentuk sejak awal disamping saling mengenal
bisa saling menasehati, Arisan keluarga
kita ini baru berumur dua tahun dalam pembentukan itu biasanya sulit, dan
mempertahankannya jauh lebih sulit kata beliau.
Beliau juga berpesan kiranya
kefitrahan yang kita raih ini bisa kita pertahankan dengan tidak melakukan
perilaku poya-poya dan hura-hura, ingat hari-hari ini iblis tetap berusaha
memporak porandakaan keimanan kita dan capaian ampunan dari Allah (mengutip
hadits rasul) insya Allah.
Dipenghujung acara ditutup doa
kepada Allah yang dipimpin ipar kami Abdullah Fachri Munthe,S.Ag
Linangan air mata tak terasa
bercucuran saling melepas rindu secara bergiliran rapi dan khidmat saling bersalaman
meminta ijin maaf lahir bathin kepada orang tua kami, bapak dan unden (bibi) dipimpin
oleh abang tertua syafrizal nst/hajjah, dan saya sendiri (kakak ketiga/mustafa
kamal nst) sebagai pemandu acara berusaha menggiring demi ketertiban jalannya
acara
sebagai ahli bait kakak kedua Fatimah Syah Nst
mengucapkan selamat datang kediaman beliau simpang mangga rantauprapat,
luapan kegembiraan beliau tergambar dari bahasa dan linangan air mata
bahagia yang merembes sembari menyuarakan suara cintanya kepada seluruh
keluarga.
Semoga kenangan ini tetap abad
dan lestari dimasa mendatang. Dan apa yang dipertontonkan kepada anak-anak kita
hari ini memperkaya nilai-nilai kebajikan mereka.
Silsilah
dari garis ayah
KH
MAHMUD NASUTION – MARYAM HARAHAP (atok/nenek)
IRFAN Nst alias
sangkot CIKYAH
nst Syamsul Bahri Nst,S.Pd.I
SYARIFAH IMRON HSB MAS
Anak
Syafrizal nst hajjah dalimunte Elfi Rahmadani Mariyatunnazmi
nst– bambang
Fatimah syam nst- ishak nur hsb Kholillah Nil
azmi farida nst - miskun
Mustafa kamal nst-zubaidah dalimunthe Ahmad taufik
anshari nst
Khairiyah nst – abdullah fachri munte Nurhayana
nst
Syawaluddin nst – khairunnisa ritonga Ahmad
rasyid anshari nst
Cucu
Muflih akromi Nst
(anak ke 1) Ulya
Azzam Nst
Khairal asysyifa hsb (anak ke 2) Jannah Fathan
Miftah
Lu’lu khairatun hisan Nst (anak ke 3)
Dhiyaul Haqqi Afandi Nst
Azkiya tamim munthe
(anak ke 4)
Muhammad daffa munthe
Alma izzati Nst
(anak ke 5)
Nb : akan diperbaiki kemudian kerena daftar nama belum sempurna
Sebagai ingatan dimasa mendatang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar