Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka bertutur kata yang benar.
(QS.Annisa : 9)
Sasaran ayat
tersebut adalah kepada para orang tua
yang diharapkan memikirkan keberlangsungan nasib serta masa depan generasi anak
keturunan mereka, ayat ini juga menjadi sandaran dan dasar pijakan yag kuat bahwa
Al-Quran memandang masa depan yang akan dihadapi generasi itu tidak mudah namun
penuh dengan tantangan. dan sangat bisa dipastikan berbeda jauh dengan zaman yang dialami para orang tua mereka saat ini.
Sebagai orang tua kita diharapkan
mampu menghadirkan sebuah generasi yang tangguh bertahan dengan sejumlah
tantangan masa depan yang semakin komplek yang kelak akan dihadapinya. orang tua adalah pemimpin bagi anak-anak nya dan
yakinlah kelak kita akan dimintai
pertanggung jawaban terkait dengan kepemimpinan kita baik penjagaan, pengasuhan
pendidikan dan lainnya.
Kata
dhi`aafa (lemah) dalam ayat di atas tentu berdimensi luas. Mencakup berbagai
aspek kehidupan, diantaranya
Lemah Imannya
Kita umat Islam jangan
sampai meninggalkan generasi yang lemah imannya. Karena kalau goyah pada
dimensi keimanan ini, maka hidup ini tidak ada artinya menurut pandangan agama. Lemahnya keimanan sangat berpengaruh
besar terhadap rusaknya moral, saat ini yang kita lihat maraknya kejahatan
terjadi karena rasa takut kepada Tuhan tidak ada lagi, kecanduan narkotika yang membuatnya bangga, duduk berlama-lama bermain game online
melewatkan banyak waktu sholat dan waktu
belajar, pakaian yang tidak sesuai ajaran agama, bahasa yang
kasar dengan orang tuanya serta banyak lagi yang kesemuanya bermuara akan lemahnya akidah
dan keimanan mereka. nasehat agar memegang taguh ketauhidan pada anak nya adalah suatu keharusan oleh setiap orang tua, yang sedemikian itu telah dicontohkan Lukmanul hakim pada anaknya yang tercantum dalam QS Luqman : 16) yang artinya : "hi anakku sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya) sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui"
dipenghujung ayat tersebut adalah bentuk penanaman nilai keimanan tersebut, karena pada Allah tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dilangit maupun dibumi tadak ada yang menghalangi batas pandangan NYA.
dipenghujung ayat tersebut adalah bentuk penanaman nilai keimanan tersebut, karena pada Allah tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dilangit maupun dibumi tadak ada yang menghalangi batas pandangan NYA.
Lemah Fisik dan Mentalnya
Tubuh yang
sehat dan bugar juga modal yang sangat berharga, Jangan sampai anak anak kita
punya fisik yang lemah, rentan terkena penyakit. Maka ini adalah tanggung jawab
orang tua untuk menyiapkan generasi yang sehat fisiknya, sehat ekonominya dan
juga sehat secara pendidikan.
Tantangan anak kita kedepan semakin
komplek perkembangan Iptek saat ini telah membuat anak kita mudah goyah. Ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kemajuan luar biasa keseluruhan dimensi kehidupan, dimensi sosial,
budaya, ekonomi dan sebagainya. Perkembangan Iptek secara tidak langsung
membawa tantangan kepada anak-anak kita. Dari situasi ini seringkali yang
muncul krisis identitas mereka tidak mau menunjukkan identitas sebagai seorang
muslim dan bahkan mereka merasa malu dan enggan untuk menampakkan identitas
sebagai generasi muslim. Faktor yang menjadi pemicu krisis identitas
kultural adalah lemahnya pemahaman akan agama Islam. Anak-anak kita seringkali
hanya terfokus pada studi di sekolah saja dan melupakan tugas utamanya sebagai
seorang muslim yaitu mengaji, ibadah lainnya. Menuntut ilmu bukan hanya sekedar di bangku
sekolah formal. saat ini pemerintah membuat sebuah program Maghrib Mengaji, menyadarkan kita kembali tentang pentingnya pembangunan mental rohani yang baik, ilmu agama juga bisa didapat dengan mengikuti majelis taklim secara langsung atau dengan menonton tayangan dakwah di TV, membelikan anak cerita bergambar yang islami dan banyak lagi cara kita untuk dapat memahamkan ilmu agama pada anak atau kita sendiri selaku orang tua.
Lemahnya
kreatifitas dan keterampilan.
Keterbatasan keterampilan dan kreatifitasl membuat banyak generasi
Islam goyah dalam hidupnya. Kalau sudah goyah, ini akan membahayakan mental
mereka. Dalam situasi yang sudah mengglobal dan sangat kompleks
seperti
sekarang, akan sangat rentan bagi anak
kita terseret dalam kerapuhan iman. Dan yang lebih penting saat ini adalah bagaimana kita turut membantu mengembangkan keterampilan, kreatifitas, skill dan
menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri setiap generasi muslim. Bukankah Rasulullah sendiri adalah suri teladan yang nyata bagi umat Muslim untuk mengembangkan jiwa wira
usaha.
Orang
Tua Adalah Pendidik utama
Rasul
mengingatkan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan bersih suci tergantung orang
tuanya mau menjadikan anak itu yahudi nasrani atau majusi, ini berarti aorang
tua adalah pendidik yang paling utama bagi anaknya. Dalam membantu fungsi orang
tua dalam mendidik karena kesibukan aktifitas orang tua nya sehingga anak
dimasukkan kesekolah dibimbing oleh para guru, namun dirumah kiranya kita orang
tua mampu mewarnai kehidupan anak-anak kita serta kita haruslah menjadi teladan
yang baik buat anak-anak kita. Untuk itu dua hal berikut harus menjadi fokus
perhatian penting bagi orang tua :
Pertama, perhatian tentang akhlak kita
sebagai orang tua. anak akan belajar pertama kali dari
cara orang tua mereka, karena begitu dekatnya jarak antara anak dengan orang tua sehingga orang tua adalah contoh nyata perilaku diawal kehidupannya. akhlak ini adalah sifat yang harus dimiliki setiap muslim, akhlak adalah
sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki
tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya.
sebagai orang tua kita harus mengerti soal ini. faktanya ada yang begitu.
Contoh ada orangtua yang suka ikut memprovokasi anaknya untuk bertengkar dengan
temannya. mengajarkan anak untuk membalaskan dendam misalnya. Akibatnya anak
jadi sombong dan angkuh apabila bergaul, juga kerap berbuat keributan karena ada
pembelaan orang tuanya
Kita berharapa anak
kita sopan santun dalam berkata-kata namun budaya rumah kita masih dihiasi
dengan kata-kata kotor kasar merendahkan membanding-bandingkan, tentu anak akan
mengalami kebingunan dimana dia diharapakan santun sementara yang terdengan
terlihat dan dialami langsung adalah kekasaran. pertengkaran yang saling memburukkan sampai pada caci maki.
Demikian juga berbusana muslimah, anak
disuruh berbusana muslimah diantar sekolah dengan sopan sementara ibu atau
keluarga yang mengantar tidak berbusana muslimah tentu pertentangan bathin bagi
anak tersebut.
Mulailah kita introspeksi diri sejauh mana sudah akhlak kita, mental buruk kita yang pastinya akan menjadi pembenaran sikap anak kita kedepan.
Kedua, Ibadah orang tua banyak yang
dilalaikan. kita senantiasa berharap anak kita dapat tumbuh menjadi anak yang sholih-sholihah, sehingga kita rela mengangtarkannya ketempat guru mengaji untuk dididik membaca al qur'an serta dapat belajar sholat dengan baik, sehingga Seorang tua sering menyuruh anaknya untuk sholat dan marah kepada anak yang tidak
mau melaksanakan sholat sementara orang tuanya sendiri juga tidak melaksanakan sholat tentu akan
menjadi sebuah bahan protes bagi anak.
ajarkan anak untuk mencintai masjid membiasakan mereka dengan sholat berjamaah, lingkungan masjid sangat baik untuk melatih mental dan pergaulan anak-anak kita
ajarkan anak untuk mencintai masjid membiasakan mereka dengan sholat berjamaah, lingkungan masjid sangat baik untuk melatih mental dan pergaulan anak-anak kita
atau mungkin kita menyuruh membaca alqur'an sementara orang tuanya sendiri tidak pernah mau membaca alqur'an bersama nya,
kita sadar bahwa ini adalah bagian dari kelalaian kita selaku
orang tua yang mungkin saja tidak disadari namun bisa sangat berpengaruh besar
dalam pembentukan karakter mereka. wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar